Nim : 10410100110
Dosen : Didiet Anindita A
Using Questions
ð Questionnaires
adalah proses pengumpulan informasi yang memungkinkan seorang analyst
mempelajari tentang.
§ Attitudes (sikap, tentang apa-apa yang diinginkan).
§ Beliefs (kepercayaan,
apa yang dianggap benar).
§ Behaviors (perilaku, apa yang dilakukan).
§ Characteristic (sifat orang atau perilaku).
ð Questionnaires
tepat dilakukan jika
o
Anggota organisasi terpisah lokasi.
o
Beberapa anggota berada di dalam project.
o
Ingin mengetahui sesuatu dan mencari
seluruh pendapat.
o
Problem solving adalah prioritas, baru
kemudian interview.
o
Question types didesain menjadi 2 :
§ Pertanyaan
Terbuka :
·
Mengantisipasi respon yang masuk.
·
Untuk mendapat respon yang tepat (tidak
melebar).
·
Digunakan untuk situasi yang diinginkan
organisasi.
§ Pertanyaan
Tertutup :
·
Jika dikehendaki untuk respon yang
terbatas.
ð Questionnaires
language should be :
o
Simple
o
Specific
o
Pertanyaan singkat, jelas
o
Jangan memihak responden
o
Secara teknik, akurat
o
Tujuan kepada responden yang tepat
o
Level bacaan sudah tepat bagi responden
ð Scales
(Penskalaan)
o
Skala dibagi menjadi
§ Mengukur
perilaku/ karakteristik responden
§ Agar
responden memilih subjek kuesionaire
ð 1.
SKALA NOMINAL
Skala Nominal merupakan skala yang paling
lemah/rendah di antara keempat skala pengukuran. Sesuai dengan nama atau
sebutannya, skala nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa yang satu
dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat). Sebagai contoh, klasifikasi
barang yang dihasilkan pada suatu proses produksi dengan predikat cacat atau
tidak cacat. Atau, bayi yang baru lahir bisa laki-laki atau perempuan. Tidak
jarang digunakan nomor-nomor yang dipilih sekehendak hati sebagai pengganti
nama-nama atau sebutan-sebutan, untuk membedakan benda-benda atau
peristiwa-peristiwa berdasarkan beberapa karakteristik. Sebagao contoh, dapat
digunakan nomor 1 untuk menyebut kelompok barang yang cacat dari suatu proses
produksi dan nomor 0 untuk menyebut kelompok barang yang tidak cacat dari suatu
proses produksi. Skala nominal biasanya juga digunakan bila peneliti berminat
terhadap jumlah benda atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing
kategori nominal. Data semacam ini sering disebut data hitung (count data) atau
data frekuensi.
Skala pengukuran nominal digunakan untuk
menglasifikasi obyek, individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi
jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi
hal-hal di atas digunakan angka-angka sebagai symbol. Apabila kita menggunakan
skala pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik digunakan untuk
menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase.
Sebagai contoh kita mengklaisfikasi variable jenis kelamin menjadi sebagai
berikut: laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak
dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena
angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya
karaktersitik tertentu.
Contoh:
Jawaban pertanyaan berupa dua pilihan “ya” dan
“tidak” yang bersifat kategorikal dapat diberi symbol angka-angka sebagai
berikut: jawaban “ya” diberi angka 1 dan tidak diberi angka 2.
Skala
Nominal di gunakan ketika kita menginginkan suatu informasi yang hanya
mengklasifikasikan suatu objek, individual atau kelompok dalam bentuk kategori.
sebab skala Nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala
pengukuran yang ada. Skala nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa
yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat). Skala pengukuran
nominal digunakan untuk mengklasifikasi obyek, Pemberian angka atau simbol pada
skala nomial tidak memiliki maksud kuantitatif hanya menunjukkan ada atau tidak
adanya atribut atau karakteristik pada objek yang diukur. Misalnya, jenis
kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dan kode 2 untuk perempuan. Angka ini
hanya berfungsi sebagai label.
Karena
tidak memiliki nilai instrinsik, maka angka-angka (kode-kode) yang kita berikan
tersebut tidak memiliki sifat sebagaimana bilangan pada umumnya. Oleh
karenanya, pada variabel dengan skala nominal tidak dapat diterapkan operasi
matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan
lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skala nominal adalah peralatan
statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus,
distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik
non-parametrik lainnya.
ð 2.
SKALA ORDINAL
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala
nominal. Pada skala ini sudah dapat membeda-bedakan benda atau peristiwa yang
satu dengan yang lain yang diukur dengan skala ordinal berdasarkan jumlah
relatif beberapa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh masing-masing benda
atau peristiwa. Pengukuran ordinal memungkinkan segala suatu sesuatu disusun
menurut peringkatnya masing-masing. Sebagai contoh, pada tenaga penjualan bisa
diperingkat dari yang “paling buruk” sampai yang “paling buruk” berdasarkan
kepribadian mereka. Atau, pada para peserta kontes kecantikan dpat diperingkat
dari yang “paling kurang cantik” sampai yang “paling cantik”. Jika ingin
bermaksud memeringkat n buah benda berdasarkan suatu ciri tertentu, boleh
ditetapkan nomor 1 untuk benda yang ciri tertentunya paling kurang, nomor 2
untuk benda yang ciri tertentunya kedua paling kurang, dan seterusnya hingga
nomor n, untuk benda kadar ciri tertentu yang paling tinggi. Sebagai contoh,
para peserta lomba lari dapat diberi peringkat 1, 2, 3, …, berdasarkan
urut-urutan waktu yang diperlukan untuk mencapai garis finish Data semacam ini
sering disebut data peringkat (rank data).
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi
tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau
individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal
ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi
apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan
berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.
Contoh:
Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat
tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi
symbol angka 1,2,3,4 dan 5. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat,
tidak mengekspresikan jumlah.
Skala
Ordinal digunakan ketika kita menginginkan suatu informasi yang lebih baik ,
karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain
menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur
menurut karakteristik tertentu. Skala Ordinal juga disebut dengan skala
peringkat.
Misalnya
: tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan
5=sangat puas, 4=puas, 3=kurang puas, 2=tidak puas dan 1=sangat tidak puas.
Atau misalnya dalam suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya.
Dalam
skala ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin mengganti
angka-angkanya, harus dilakukan secara berurut dari besar ke kecil atau dari
kecil ke besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1=sangat puas, 2=tidak puas, 3=puas
dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas, 3=kurang puas dstnya.
Sebagaimana
halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan
operasi matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan,
perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skala ordinal
juga adalah peralatan statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan
proporsi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan
statistik non-parametrik lainnya.
ð 3.
SKALA INTERVAL
Skala Interval ini lebih tinggi daripada skala
ordinal. Apabila benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang diselidiki dapat
dibeda-bedakan antara yang satu dan lainnya kemudian diurutkan, dan bilamana
perbedaan-perbedaan antara peringkat yang satu dan lainnya mempunyai arti
(yakni, bila satuan pengukurannya tetap), maka skala interval dapat diterapkan.
Skala interval memiliki sebuah titik nol, tetapi titik nol ini bisa dipilih
secara sembarang, artinya bahwa titik nol tidak selalu bernilai nol. Sebagai
contoh, pengukuran interval pada pengukuran temperatur dalam derajat Fahrenheit
titik nolnya pada 32, sedangkan dalam derajat Celcius titik nolnya pada 0.
Andaikan bahwa empat benda A, B, C, dan D secara berturut-turut diberi nilai
(score) 20, 30, 60, dan 70, melalui pengukuran menggunakan skala interval.
Karena yang digunakan adalah skala interval, maka dapat dikatakan bahwa
beda/selisih antara 20 dan 30 sama dengan beda/selisih 60 dan 70. Dengan
demikian, jarak yang sama antara anggota-anggota masing-masing masing-masing
pasangan nilai itu menunjukkan beda yang sama dalam hal kadar ciri atau sifat
yang diukur. Namun, skala interval tidak menjadikan perbandingan/rasio antara
dua buah nilai. Sebagai contoh, si A mendapat nilai ujian 40 dan si B mendapat
nilai ujian 80, ini tidak berarti bahwa nilai/ciri/sifat yang dimiliki
(kepintaran) si B dua kali lipat yang dimiliki si A.
ð 4.
SKALA RATIO
Skala Ratio
ini lebih tinggi daripada skala interval. Pada skala ratio, antara masing
masing pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio.
Pengukuranpengukuran dengan skala rasio yang sudah sering digunakan, yakni
pengukuran tinggi dan pengukuran berat. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang
beratnya 90 kg memiliki kelebihan berat 45 kg dibanding yang beratnya 45 kg,
sebagaimana yang digunakan pada skala interval. Dengan skala ratio, dapat
dikatakan bahwa orang yang beratnya 90 kg mempunyai berat dua kali lipat
daripada orang yang beratnya 45 kg.
Banyak teknik analisis statistika yang dibedakan
berdasarkan tipe skala pengukuran data, misalnya dikenal istilah analisis data
kategorik (categorical data analysis) untuk menunjukkan bahwa analisis-analisis
yang dibahas dalam cabang ini hanya berlaku untuk tipe data kategorik (nominal)
atau paling tinggi ordinal. Contoh lain, analisis peringkat ( rank analysis)
dalam cabang Statistika Nonparametrik hanya cocok diterapkan pada data-data
bertipe ordinal atau yang lebih rendah (nominal) namun jika diterapkan pada
data yang diukur pada skala interval atau rasio maka kuasa ujinya ( test power)
akan lebih rendah dibandingkan kalau digunakan analisis yang memang didesain
untuk tipe data metrik.
Begitu juga dalam analisis multivariat, ada beberapa
teknik analisis yang mensyaratkan data diukur pada skala metrik, misalnya
analisis faktor, analisis klaster dan analisis diskriminan (meskipun dalam perkembangannya
para statistisi mampu menciptakan beragam teknik "derivatif" dari
analisis2 ini yang mampu mengakomodasi data2 nonmetrik). Dalam kondisi seperti
ini, jika data yang dimiliki hanyalah data nonmetrik, akan lebih baik jika
digunakan teknik analisis multivariat nonparametrik. Namun penerapan teknik
seperti ini mengandung beberapa kesulitan :
·
Rumusan
matematis analisis lebih kompleks karena biasanya bersifat bebas distribusi
·
Literatur
yang membahas masih sangat jarang dan masih sedikit software yang mampu
mengakomodasi teknik-teknik seperti ini
·
Penerapan
praktis dengan hasil yang memuaskan cenderung mensyaratkan kondisi-kondisi yang
sulit dipenuhi, seperti ukuran sampel yang lebih besar dibandingkan jika
digunakan teknik parametrik
Ada
beberapa analisis statistika multivariat yang mensyaratkan data yang dianalisis
diukur pada skala metrik (interval atau rasio), di antaranya analsis klaster
dan analisis diskriminan. Dalam kondisi di mana data yang dimiliki hanyalah
data berskala ordinal, diperlukan suatu transformasi yang dapat mengubah
skor-skor data pada variabel yang terlibat (berskala ordinal) menjadi data
metrik. Dalam Psikometrika, metode transformasi seperti ini dinamakan metode
penskalaan ( scaling technique). Metode penskalaan yang populer di antaranya
metode rating dijumlahkan (summated rating) & juga metode yg mirip
dengannya, metode interval berurutan (succesive interval). namun kebanyakan
teknik2 ini mengasumsikan data populasi berdistribusi normal. Untuk teknik
perhitungannya,bisa Anda dapatkan di buku2 metode penelitian,teori pengukuran
atau Psikometrika.
Dalam
SEM, kalau data kita diukur dalam skala nonmetrik,ada 2 pilihan yang bisa
diambil :
§ Melakukan
penskalaan terlebih dahulu terhadap raw data sehingga data bisa "dianggap"
berskala metrik
§ Tetap
menggunakan raw data yg ada namun digunakan metode estimasi bebas distribusi
(ADF/WLS). Slh 1 pendekatan yg populer di antaranya adalah underlying variable
approach berdasarkan korelasi polychoric (asumsi : data populasi yg direpresentasikan
oleh raw data yg berskala likert/ordinal berdistribusi normal,jadi raw data yg
likert -distribusinya diskrit- hanyalah representasi/simplifikasi dr real data
yg sebenarnya berdistribusi kontinu,dlm hal ini normal). Namun -sekali lagi-
slh 1 kelemahan utama metode ini adalah diperlukan jumlah data yg banyak
(dibandingkan jika digunakan metode estimasi MLE misalnya) agar hasil
analisisnya reliabel & stabil.
BAGAN ALIR (Flowchart)
ð Merupakan
chart atau bagian yang menunjukkan flow atau aliran di dalam program atau
prosedur secara logika.
ð Pedoman
membuat flowchart
o
Digambar dari atas ke bawah.
o
Kegiatan harus ditunjukkan dengan jelas.
o
Harus ditunjukkan dari mana kegiatan
akan dimulai dan dimana akan berakhir.
o
Tiap kegiatan digunakan suatu kata yang
mewakili suatu pekerjaan.
o
Kegiatan yang terpontan dan akan tersambung
ke tempat lain , harus ditunjukkan dengan simbol penghubung.
o
Gunakan simbol “?” standart.
ð Bagan
alir document (Doc Flow)
o
Bagan alir folmulir (form flow) atau
paperwork flow
o
Menunjukkan arus dari laporan dan
folmulir termasuk tembusannya.
ð Simbol-simbol
flow chart
Tidak ada komentar:
Posting Komentar